A. Rumusan Masalah
- Rumusan Masalah
a. Berapa
luas permukiman dan non permukiman di koridor Palur-Sragen?
b. Bagaimana
analisis perbandingan permukiman dan non permukiman di koridor Palur-Sragen?
c. Bagaimana
analisis perkembangan permukiman di koridor Palur-Sragen?
- Tujuan Penulisan
a. Mengetahui
luas permukiman dan non permukiman di koridor Palur-Sragen.
b. Mengetahui
perbandingan permukiman dan non permukiman di koridor Palur-Sragen.
c. Mengetahui
perkembangan permukiman di koridor Palur-Sragen.
B. Batasan Operasional
1. Penggunaan
lahan
Penggunaan
lahan adalah setiap bentuk intervensi (campur tangan) manusia terhadap lahan
dalam rangka memenuhi kebutuhan hidupnya, baik materiil maupun spiritual.
2. Alih
fungsi lahan
Alih
fungsi lahan adalah bertambahnya suatu penggunaan lahan dari satu sisi
penggunaan ke penggunaan yang lainnya diikuti dengan berkurangnya tipe
penggunaan lahan yang lain pada suatu waktu ke waktu berikutnya, atau
berubahnya fungsi suatu lahan pada suatu daerah pada kurun waktu yang berbeda.
3. Pola
alih fungsi lahan
Pola
alih fungsi lahan adalah bentuk perubahan penggunaan lahan pada beberapa kurun
waktu yang berbeda.
4. Struktur
Ruang Kota
Kota juga di pandang sebagai regional
city, merupakan wilayah tertentu yang keberadaannya jauh lebih luas
daripada local city dan secara morfologis meliputi seluruh
daerah disekitar kota yang terkena pengaruh bentuk – bentuk penggunaan lahan
kekotaan.
5. Aksesibilitas
Aksesibilitas
adalah tingkat kemudahan dari penduduk yang tersebar dalam mencapai fasilitas
pelayanan
6. Utilitas
Umum
Utilitas
Umum adalah bangunan-bangunan yang dibutuhkan dalam sistem pelayanan lingkungan
yang diselenggarakan oleh instansi Pemerintah.
C. Kerangka pemikiran
Pertumbuhan dan perkembangan suatu daerah dipengaruhi oleh
beberapa faktor, baik dari dalam maupun dari luar daerah. Pemekaran Kota
Surakarta semakin meluas ke daerah sekitarnya atau ke pinggiran kota. Wilayah
pinggiran kota (Suburban / fringe) merupakan bentuk ekspresi keruangan
pertumbuhan kota ke luar batas administrtif/yuridis formal mengikuti jalur
transportasi jalan raya yang menjangkau ke daerah pedesaan dan mengalami
perkembangan relatif cepat dibandingkan daerah pingiran kota lainnya yang tidak
terlintas jalur transportasi.
Proses perkembangan wilayah koridor Palur-Sragen diawali dengan
aspek pembangunan kota yang dipengaruhi oleh pertumbuhan dan perkembangan
penduduk, serta tuntutan akan fasilitas kota, hal tersebut membawa dampak
terhadap meningkatkan aktivitas kota, dengan dilanjutkan kebutuhan akan lahan
dalam pengembangan kota terutama permukiman, perdagangan dan fasilitas kota
lainnya. Selain sebagai daerah perluasan perkotaan Kota Surakarta Kecamatan
Jaten (Palur) dan Kecamatan Kebakkramat (Sebelum masuk wilayah Sragen) menurut
RTRW Kabupaten Karanganyar adalah daerah yang diperuntukkan industri.
Berbagai permasalahan ini dapat diatasi dengan melakukan
interpretasi pada citra IKONOS yang bersumber dari Google Earth yang dipadukan
dengan peta penggunaan lahan. Dengan menggunkan citra IKONOS multi temporal,
pemantauan analisis perbandingan dan perkembangan permukiman dan non permukiman
di koridor Palur-Sragen yang terjadi lebih mudah dan ketelitiannya cukup tinggi
karena resolusi spasial pankromatiknya 0,8 meter, sehingga penggunaan citra
ikonos dapat mengurangi pekerjaan terestrial, dan menghemat biaya, waktu, serta
tenaga.
Perpaduan antara penginderaan jauh dan SIG dapat digunakan untuk
monitoring dan analisis perbandingan dan perkembangan permukiman dan non
permukiman di koridor Palur-Sragen secara cepat dan biaya lebih murah, sehingga
hasilnya mampu digunakan sebagai pertimbangan pembangunaan daerah khususnya
dibidang rencana tata ruang wilayah. Untuk lebih jelasnya alur pemikiran dapat
dilihat dalam bagan berikut :
(klik gambar untuk memperbesar)
D. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Penelitian
dilakukan di koridor Palur-Sragen. Daerah ini merupakan pengembangan wilayah
dari Palur yang menuju ke arah Sragen. Fokus pengembangan yang diteliti adalah
pengembangan permukiman yang terjadi akibat pengembangan fisik kota, yakni dari
Palur menuju Sragen.
2. Waktu Penelitian
Penelitian ini
dilakukan menggunakan teknik dan citra penginderaan jauh yang bersifat
temporal. Tahun citra yang digunakan pada penelitian ini meliputi tahun : 2004, 2005, 2008, 2009 dan 2012.
E. Metode Penelitian
Pada penelitian ini, setiap data bereferensi geografis,
direpresentasikan dalam bentuk peta tematik untuk memudahkan pengkajian.
Struktur ruang kota sebagai satuan analisis digunakan untuk menganalisis data
spasial alih fungsi lahan berupa permukiman yang terjadi pada koridor
Palur-Sragen, yang kemudian diwujudkan dalam bentuk peta alih fungsi lahan yang
difokuskan pada perkembangan permukimannnya.
Hasil akhir pengolahan data dalam penelitian ini adalah
berupa peta. Peta yang dihasilkan merupakan peta tematik yang dapat
mempresentasikan alih fungsi lahan yang difokuskan pada pengembangan
permukiman. Peta-peta yang dihasilkan dalam penelitian ini adalah:
1. Peta perkembangan wilayah koridor Palur-Sragen tahun 2004
2. Peta perkembangan wilayah koridor Palur-Sragen tahun 2005
3. Peta perkembangan wilayah koridor Palur-Sragen tahun
2008
4. Peta perkembangan wilayah koridor Palur-Sragen tahun 2009
5. Peta perkembangan wilayah koridor Palur-Sragen tahun 2010
F. HASIL
DAN PEMBAHASAN
a. HASIL
1. Luas
Permukiman dan Non Permukiman di Koridor Palur-Sragen
Pada penulisan ini, objek geografi
yang dikaji adalah perkembangan permukiman yang ada di Koridor Palur-Sragen.
Berdasarkan objek kajian tersebut, maka penggunaan lahan pada makalah ini
dibedakan menjadi 2 yakni Permukiman dan Non Permukiman. Untuk mengetahui
perkembangan permukiman, data yang dibutuhkan adalah luas permukiman dan non
permukiman pada tahun tertentu. Data tersebut dapat diketahui melalui citra
IKONOS dari Google Earth. Citra IKONOS yang digunakan ada 5 yaitu Citra IKONOS
Koridor Palur-Sragen Tahun 2004, 2005, 2008, 2009, 2012 dengan luas daerah
kajian 188046 m2. Dengan menggunakan software ArcView, dapat
diketahui luas masing-masing penggunaan lahan dalam beberapa tahun tersebut.
Data luas Permukiman dan Non Permukiman tercantum dibawah ini:
Gambar 1. Citra IKONOS Koridor
Palur-Sragen tahun 2004
Citra diatas menunjukkan kondisi fisik koridor Palur-Sragen pada
tahun 2004. Melalui delineasi, pengukuran dan penghitungan di software ArcView,
maka dapat diketahui luas permukiman yang ada di koridor Palur-Sragen adalah
54534 m2 sedangkan luas non permukimannya adalah 133512 m2.
Gambar 2. Citra IKONOS Koridor Palur-Sragen tahun 2005
Citra diatas menunjukkan
kondisi fisik koridor Palur-Sragen pada tahun 2005. Melalui delineasi,
pengukuran dan penghitungan di Software ArcView, dapat diketahui luas
permukiman yang ada di koridor Palur-Sragen tahun 2005 adalah 57699 m2 sedangkan
luas non permukimannya adalah 130347 m2.
Gambar 3. Citra IKONOS Koridor
Palur-Sragen tahun 2008
Gambar 4. Citra IKONOS Koridor Palur-Sragen tahun 2009
Citra
diatas menunjukkan kondisi fisik koridor Palur-Sragen pada tahun 2009. Melalui
delineasi, pengukuran dan penghitungan di Software ArcView, dapat diketahui
luas permukiman yang ada di koridor Palur-Sragen tahun 2009 adalah 65952 m2
sedangkan luas non permukimannya adalah 122094 m2.
Gambar 5. Citra IKONOS Koridor Palur-Sragen tahun 2012
Citra diatas menunjukkan kondisi fisik
koridor Palur-Sragen pada tahun 2012. Melalui delineasi, pengukuran dan
penghitungan di Software ArcView, dapat diketahui luas permukiman yang ada di
koridor Palur-Sragen tahun 2012 adalah 69621 m2 sedangkan luas non
permukimannya adalah 118425 m2.
2. Perkembangan
Permukiman di Koridor Palur-Sragen
Perkembangan permukiman di suatu tempat
dapat di ketahui melalui besarnya pertambahan luas permukiman pada kurun waktu
tertentu. Pada koridor Palur-Sragen ini, pertambahan luas permukiman merupakan
selisih luas permukiman dari tahun ke tahun. Di tahun 2004, luas permukimannya
adalah 54534 m2 sedangkan tahun 2005 luas permukiman sebesar 57699 m2.
Hal ini berarti luas permukiman mengalami penambahan sebesar 3165 m2 atau
5,8 % dari luas permukiman di tahun 2004. Begitupun untuk tahun-tahun
berikutnya.
v Selisih luas permukiman antara tahun 2005
dengan tahun 2008 adalah 3908 m2, jadi luas permukiman di tahun 2008
mengalami penambahan sebesar 6,7 % dari luas permukiman di tahun 2005
v Selisih luas permukiman antara tahun 2008
dengan tahun 2009 adalah 4345 m2, jadi luas permukiman di tahun 2009
mengalami penambahan sebesar 7 % dari luas permukiman di tahun 2008
v Selisih luas permukiman antara tahun 2009
dengan tahun 2012 adalah 3669 m2, jadi luas permukiman di tahun 2012
mengalami penambahan sebesar 5,5 % dari luas permukiman di tahun 2009
3. Perkembangan
Permukiman di Koridor Palur-Sragen
Perkembangan permukiman di suatu tempat
dapat di ketahui melalui besarnya pertambahan luas permukiman pada kurun waktu
tertentu. Pada koridor Palur-Sragen ini, pertambahan luas permukiman merupakan
selisih luas permukiman dari tahun ke tahun. Di tahun 2004, luas permukimannya
adalah 54534 m2 sedangkan tahun 2005 luas permukiman sebesar 57699 m2.
Hal ini berarti luas permukiman mengalami penambahan sebesar 3165 m2 atau
5,8 % dari luas permukiman di tahun 2004. Begitupun untuk tahun-tahun
berikutnya.
v Selisih luas permukiman antara tahun 2005
dengan tahun 2008 adalah 3908 m2, jadi luas permukiman di tahun 2008
mengalami penambahan sebesar 6,7 % dari luas permukiman di tahun 2005
v Selisih luas permukiman antara tahun 2008
dengan tahun 2009 adalah 4345 m2, jadi luas permukiman di tahun 2009
mengalami penambahan sebesar 7 % dari luas permukiman di tahun 2008
v Selisih luas permukiman antara tahun 2009
dengan tahun 2012 adalah 3669 m2, jadi luas permukiman di tahun 2012
mengalami penambahan sebesar 5,5 % dari luas permukiman di tahun 2009
G. PEMBAHASAN
Perkembangan suatu wilayah, membawa dampak bagi
perkembangan wilayah di sekitarnya. Salah satu indikator perkembangan tersebut
adalah bertambahnya jumlah penduduk yang disebabkan oleh tingginya angka
urbanisasi. Bertambahnya jumlah penduduk di suatu wilayah dapat memicu bertambahnya
kebutuhan lahan untuk permukiman di sebuah kota. Dengan demikian, karena lahan
di kota sudah semakin sempit dan biaya untuk mmendapatkan lahan juga relatif
mahal, maka banyak dari mereka yang mendirikan rumah di pinggiran kota yang
harganya relatif murah namun masih dapat
dijangkau dari kota. Adanya interaksi saling membutuhkan antara 2 wilayah juga
memicu berkembangnya wilayah-wilayah yang dilewati sehingga membentuk koridor
seperti halnya koridor Palur-Sragen.
Kedua wilayah ini merupakan wilayah yang saling
berinteraksi di bidang perekonomian dan pemenuhan kebutuhan karena Palur
merupakan kota satelit dilihat dari letaknya yang lebih dekat dengan Kota
Surakarta. Jadi, dilihat dari sarana-prasarana dan pusat pelayanannya, Palur dinilai lebih lengkap, sehingga banyak
masyarakat Sragen yang pergi ke Palur untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, baik
untuk bekerja, bersekolah, mendapatkan pelayanan kesehatan dan lain sebagainya.
Begitupun sebaliknya, untuk memenuhi kebutuhan hidup masyarakat Palur, mereka membutuhkan
“uluran tangan”dari Sragen. Alasan-alasan inilah yang menyebabkan terbentuknya
koridor antara Palur dan Sragen.
Keadaan tersebut menyebabkan terjadinya alihfungsi
penggunaan lahan dari pertanian ke permukiman atau dari non permukiman ke
permukiman. Melalui Citra IKONOS koridor Palur-Sragen tahun 2004, 2005, 2008,
2009, dan 2012 dapat dilihat perubahan fungsi lahan tersebut secara berkala.
Yang tadinya merupakan persawahan, di tahun berikutnya ada yang berubah menjadi
rumah warga, pertokoan, pabrik, dan lain-lain.
Untuk mengetahui lebih jelas mengenai pertambahan luas permukiman di
koridor ini, citra yang digunakan di registrasi terlebih dahulu ke dalam
software ArcView, kemudian penggunaan lahan untuk permukiman di delineasi dan
selanjutnya dilakukan pengukuran luas permukiman di masing-masing tahun yang
dikaji. Dari perhitungan tersebut maka diketahui bahwa di tahun 2005, luas
permukiman bertambah 5,8 % dari luas permukiman di tahun 2004. Pada tahun 2008,
luas permukiman juga bertambah 6,7 % dari luas permukiman di tahun 2005. Di
tahun 2009, luas permukimannya bertambah 7 % dari luas permukiman tahun 2008
sedangkan luas permukiman di tahun 2012 mengalami pertambahan luas sebesar 5,5
% dari luas permukiman tahun 2009.
Data diatas menunjukkan adanya perkembangan wilayah
koridor Palur-Sragen dari tahun ke tahun. Melihat pertambahan luas permukiman
di koridor tersebut yaitu rata-rata sebesar 6,25 % maka diperkirakan
tahun-tahun berikutnya masih akan mengalami pertambahan dan suatu saat nanti
tidak menutup kemungkinan Palur dan Sragen bisa bergabung menjadi kota kecil
jika koridor yang menghubungkan kedua daerah ini terus berkembang.
0 comments:
Post a Comment