KARANG TARUNA

http://hanif40.blogspot.com/

November 24, 2014

Analisis Perkembangan Permukiman di Koridor Palur-Sragen

A. Rumusan Masalah
  1. Rumusan Masalah
a.       Berapa luas permukiman dan non permukiman di koridor Palur-Sragen?
b.      Bagaimana analisis perbandingan permukiman dan non permukiman di koridor Palur-Sragen?
c.       Bagaimana analisis perkembangan permukiman di koridor Palur-Sragen?
  1. Tujuan Penulisan
a.       Mengetahui luas permukiman dan non permukiman di koridor Palur-Sragen.
b.      Mengetahui perbandingan permukiman dan non permukiman di koridor Palur-Sragen.
c.       Mengetahui perkembangan permukiman di koridor Palur-Sragen.

B. Batasan Operasional
1.      Penggunaan lahan
Penggunaan lahan adalah setiap bentuk intervensi (campur tangan) manusia terhadap lahan dalam rangka memenuhi kebutuhan hidupnya, baik materiil maupun spiritual.
2.      Alih fungsi lahan
Alih fungsi lahan adalah bertambahnya suatu penggunaan lahan dari satu sisi penggunaan ke penggunaan yang lainnya diikuti dengan berkurangnya tipe penggunaan lahan yang lain pada suatu waktu ke waktu berikutnya, atau berubahnya fungsi suatu lahan pada suatu daerah pada kurun waktu yang berbeda.
3.      Pola alih fungsi lahan
Pola alih fungsi lahan adalah bentuk perubahan penggunaan lahan pada beberapa kurun waktu yang berbeda.
4.      Struktur Ruang Kota
Kota juga di pandang sebagai regional city, merupakan wilayah tertentu yang keberadaannya jauh lebih luas daripada local city dan secara morfologis meliputi seluruh daerah disekitar kota yang terkena pengaruh bentuk – bentuk penggunaan lahan kekotaan.
5.      Aksesibilitas
Aksesibilitas adalah tingkat kemudahan dari penduduk yang tersebar dalam mencapai fasilitas pelayanan
6.      Utilitas Umum
Utilitas Umum adalah bangunan-bangunan yang dibutuhkan dalam sistem pelayanan lingkungan yang diselenggarakan oleh instansi Pemerintah.

                                          C.   Kerangka pemikiran
Pertumbuhan dan perkembangan suatu daerah dipengaruhi oleh beberapa faktor, baik dari dalam maupun dari luar daerah. Pemekaran Kota Surakarta semakin meluas ke daerah sekitarnya atau ke pinggiran kota. Wilayah pinggiran kota (Suburban / fringe) merupakan bentuk ekspresi keruangan pertumbuhan kota ke luar batas administrtif/yuridis formal mengikuti jalur transportasi jalan raya yang menjangkau ke daerah pedesaan dan mengalami perkembangan relatif cepat dibandingkan daerah pingiran kota lainnya yang tidak terlintas jalur transportasi.
Proses perkembangan wilayah koridor Palur-Sragen diawali dengan aspek pembangunan kota yang dipengaruhi oleh pertumbuhan dan perkembangan penduduk, serta tuntutan akan fasilitas kota, hal tersebut membawa dampak terhadap meningkatkan aktivitas kota, dengan dilanjutkan kebutuhan akan lahan dalam pengembangan kota terutama permukiman, perdagangan dan fasilitas kota lainnya. Selain sebagai daerah perluasan perkotaan Kota Surakarta Kecamatan Jaten (Palur) dan Kecamatan Kebakkramat (Sebelum masuk wilayah Sragen) menurut RTRW Kabupaten Karanganyar adalah daerah yang diperuntukkan industri.
Berbagai permasalahan ini dapat diatasi dengan melakukan interpretasi pada citra IKONOS yang bersumber dari Google Earth yang dipadukan dengan peta penggunaan lahan. Dengan menggunkan citra IKONOS multi temporal, pemantauan analisis perbandingan dan perkembangan permukiman dan non permukiman di koridor Palur-Sragen yang terjadi lebih mudah dan ketelitiannya cukup tinggi karena resolusi spasial pankromatiknya 0,8 meter, sehingga penggunaan citra ikonos dapat mengurangi pekerjaan terestrial, dan menghemat biaya, waktu, serta tenaga.
Perpaduan antara penginderaan jauh dan SIG dapat digunakan untuk monitoring dan analisis perbandingan dan perkembangan permukiman dan non permukiman di koridor Palur-Sragen secara cepat dan biaya lebih murah, sehingga hasilnya mampu digunakan sebagai pertimbangan pembangunaan daerah khususnya dibidang rencana tata ruang wilayah. Untuk lebih jelasnya alur pemikiran dapat dilihat dalam bagan berikut :


(klik gambar untuk memperbesar)

D.   Tempat dan Waktu Penelitian
1.    Tempat Penelitian
Penelitian dilakukan di koridor Palur-Sragen. Daerah ini merupakan pengembangan wilayah dari Palur yang menuju ke arah Sragen. Fokus pengembangan yang diteliti adalah pengembangan permukiman yang terjadi akibat pengembangan fisik kota, yakni dari Palur menuju Sragen.
2.    Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan menggunakan teknik dan citra penginderaan jauh yang bersifat temporal. Tahun citra yang digunakan pada penelitian ini meliputi tahun : 2004, 2005, 2008, 2009 dan 2012.

E.   Metode Penelitian
Pada penelitian ini, setiap data bereferensi geografis, direpresentasikan dalam bentuk peta tematik untuk memudahkan pengkajian. Struktur ruang kota sebagai satuan analisis digunakan untuk menganalisis data spasial alih fungsi lahan berupa permukiman yang terjadi pada koridor Palur-Sragen, yang kemudian diwujudkan dalam bentuk peta alih fungsi lahan yang difokuskan pada perkembangan permukimannnya.
Hasil akhir pengolahan data dalam penelitian ini adalah berupa peta. Peta yang dihasilkan merupakan peta tematik yang dapat mempresentasikan alih fungsi lahan yang difokuskan pada pengembangan permukiman. Peta-peta yang dihasilkan dalam penelitian ini adalah:
1.    Peta perkembangan wilayah koridor Palur-Sragen tahun 2004
2.    Peta perkembangan wilayah koridor Palur-Sragen tahun 2005
3.    Peta perkembangan wilayah koridor Palur-Sragen tahun 2008
4.    Peta perkembangan wilayah koridor Palur-Sragen tahun 2009
5.    Peta perkembangan wilayah koridor Palur-Sragen tahun 2010

F.   HASIL DAN PEMBAHASAN
a.  HASIL
1.  Luas Permukiman dan Non Permukiman di Koridor Palur-Sragen
Pada penulisan ini, objek geografi yang dikaji adalah perkembangan permukiman yang ada di Koridor Palur-Sragen. Berdasarkan objek kajian tersebut, maka penggunaan lahan pada makalah ini dibedakan menjadi 2 yakni Permukiman dan Non Permukiman. Untuk mengetahui perkembangan permukiman, data yang dibutuhkan adalah luas permukiman dan non permukiman pada tahun tertentu. Data tersebut dapat diketahui melalui citra IKONOS dari Google Earth. Citra IKONOS yang digunakan ada 5 yaitu Citra IKONOS Koridor Palur-Sragen Tahun 2004, 2005, 2008, 2009, 2012 dengan luas daerah kajian 188046 m2. Dengan menggunakan software ArcView, dapat diketahui luas masing-masing penggunaan lahan dalam beberapa tahun tersebut. Data luas Permukiman dan Non Permukiman tercantum dibawah ini:

Gambar 1. Citra IKONOS Koridor Palur-Sragen tahun 2004

Citra diatas menunjukkan kondisi fisik koridor Palur-Sragen pada tahun 2004. Melalui delineasi, pengukuran dan penghitungan di software ArcView, maka dapat diketahui luas permukiman yang ada di koridor Palur-Sragen adalah 54534 m2 sedangkan luas non permukimannya adalah 133512 m2.


Gambar 2. Citra IKONOS Koridor Palur-Sragen tahun 2005


Citra diatas menunjukkan kondisi fisik koridor Palur-Sragen pada tahun 2005. Melalui delineasi, pengukuran dan penghitungan di Software ArcView, dapat diketahui luas permukiman yang ada di koridor Palur-Sragen tahun 2005 adalah 57699 m2 sedangkan luas non permukimannya adalah 130347 m2

Gambar 3. Citra IKONOS Koridor Palur-Sragen tahun 2008

Citra diatas menunjukkan kondisi fisik koridor Palur-Sragen pada tahun 2008. Melalui delineasi, pengukuran dan penghitungan di Software ArcView, dapat diketahui luas permukiman yang ada di koridor Palur-Sragen tahun 2008 adalah 61607 m2 sedangkan luas non permukimannya adalah 126439 m2.



Gambar 4. Citra IKONOS Koridor Palur-Sragen tahun 2009


Citra diatas menunjukkan kondisi fisik koridor Palur-Sragen pada tahun 2009. Melalui delineasi, pengukuran dan penghitungan di Software ArcView, dapat diketahui luas permukiman yang ada di koridor Palur-Sragen tahun 2009 adalah 65952 m2 sedangkan luas non permukimannya adalah 122094 m2.


Gambar 5. Citra IKONOS Koridor Palur-Sragen tahun 2012


Citra diatas menunjukkan kondisi fisik koridor Palur-Sragen pada tahun 2012. Melalui delineasi, pengukuran dan penghitungan di Software ArcView, dapat diketahui luas permukiman yang ada di koridor Palur-Sragen tahun 2012 adalah 69621 m2 sedangkan luas non permukimannya adalah 118425 m2.

2.    Perkembangan Permukiman di Koridor Palur-Sragen
Perkembangan permukiman di suatu tempat dapat di ketahui melalui besarnya pertambahan luas permukiman pada kurun waktu tertentu. Pada koridor Palur-Sragen ini, pertambahan luas permukiman merupakan selisih luas permukiman dari tahun ke tahun. Di tahun 2004, luas permukimannya adalah 54534 m2 sedangkan tahun 2005 luas permukiman sebesar 57699 m2. Hal ini berarti luas permukiman mengalami penambahan sebesar 3165 m2 atau 5,8 % dari luas permukiman di tahun 2004. Begitupun untuk tahun-tahun berikutnya.
v  Selisih luas permukiman antara tahun 2005 dengan tahun 2008 adalah 3908 m2, jadi luas permukiman di tahun 2008 mengalami penambahan sebesar 6,7 % dari luas permukiman di tahun 2005
v  Selisih luas permukiman antara tahun 2008 dengan tahun 2009 adalah 4345 m2, jadi luas permukiman di tahun 2009 mengalami penambahan sebesar 7 % dari luas permukiman di tahun 2008
v  Selisih luas permukiman antara tahun 2009 dengan tahun 2012 adalah 3669 m2, jadi luas permukiman di tahun 2012 mengalami penambahan sebesar 5,5 % dari luas permukiman di tahun 2009


3.    Perkembangan Permukiman di Koridor Palur-Sragen
Perkembangan permukiman di suatu tempat dapat di ketahui melalui besarnya pertambahan luas permukiman pada kurun waktu tertentu. Pada koridor Palur-Sragen ini, pertambahan luas permukiman merupakan selisih luas permukiman dari tahun ke tahun. Di tahun 2004, luas permukimannya adalah 54534 m2 sedangkan tahun 2005 luas permukiman sebesar 57699 m2. Hal ini berarti luas permukiman mengalami penambahan sebesar 3165 m2 atau 5,8 % dari luas permukiman di tahun 2004. Begitupun untuk tahun-tahun berikutnya.
v  Selisih luas permukiman antara tahun 2005 dengan tahun 2008 adalah 3908 m2, jadi luas permukiman di tahun 2008 mengalami penambahan sebesar 6,7 % dari luas permukiman di tahun 2005
v  Selisih luas permukiman antara tahun 2008 dengan tahun 2009 adalah 4345 m2, jadi luas permukiman di tahun 2009 mengalami penambahan sebesar 7 % dari luas permukiman di tahun 2008
v  Selisih luas permukiman antara tahun 2009 dengan tahun 2012 adalah 3669 m2, jadi luas permukiman di tahun 2012 mengalami penambahan sebesar 5,5 % dari luas permukiman di tahun 2009

G. PEMBAHASAN
Perkembangan suatu wilayah, membawa dampak bagi perkembangan wilayah di sekitarnya. Salah satu indikator perkembangan tersebut adalah bertambahnya jumlah penduduk yang disebabkan oleh tingginya angka urbanisasi. Bertambahnya jumlah penduduk di suatu wilayah dapat memicu bertambahnya kebutuhan lahan untuk permukiman di sebuah kota. Dengan demikian, karena lahan di kota sudah semakin sempit dan biaya untuk mmendapatkan lahan juga relatif mahal, maka banyak dari mereka yang mendirikan rumah di pinggiran kota yang harganya relatif murah  namun masih dapat dijangkau dari kota. Adanya interaksi saling membutuhkan antara 2 wilayah juga memicu berkembangnya wilayah-wilayah yang dilewati sehingga membentuk koridor seperti halnya koridor Palur-Sragen.
Kedua wilayah ini merupakan wilayah yang saling berinteraksi di bidang perekonomian dan pemenuhan kebutuhan karena Palur merupakan kota satelit dilihat dari letaknya yang lebih dekat dengan Kota Surakarta. Jadi, dilihat dari sarana-prasarana dan pusat pelayanannya,  Palur dinilai lebih lengkap, sehingga banyak masyarakat Sragen yang pergi ke Palur untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, baik untuk bekerja, bersekolah, mendapatkan pelayanan kesehatan dan lain sebagainya. Begitupun sebaliknya, untuk memenuhi kebutuhan hidup masyarakat Palur, mereka membutuhkan “uluran tangan”dari Sragen. Alasan-alasan inilah yang menyebabkan terbentuknya koridor antara Palur dan Sragen.
Keadaan tersebut menyebabkan terjadinya alihfungsi penggunaan lahan dari pertanian ke permukiman atau dari non permukiman ke permukiman. Melalui Citra IKONOS koridor Palur-Sragen tahun 2004, 2005, 2008, 2009, dan 2012 dapat dilihat perubahan fungsi lahan tersebut secara berkala. Yang tadinya merupakan persawahan, di tahun berikutnya ada yang berubah menjadi rumah warga, pertokoan, pabrik, dan lain-lain.  Untuk mengetahui lebih jelas mengenai pertambahan luas permukiman di koridor ini, citra yang digunakan di registrasi terlebih dahulu ke dalam software ArcView, kemudian penggunaan lahan untuk permukiman di delineasi dan selanjutnya dilakukan pengukuran luas permukiman di masing-masing tahun yang dikaji. Dari perhitungan tersebut maka diketahui bahwa di tahun 2005, luas permukiman bertambah 5,8 % dari luas permukiman di tahun 2004. Pada tahun 2008, luas permukiman juga bertambah 6,7 % dari luas permukiman di tahun 2005. Di tahun 2009, luas permukimannya bertambah 7 % dari luas permukiman tahun 2008 sedangkan luas permukiman di tahun 2012 mengalami pertambahan luas sebesar 5,5 % dari luas permukiman tahun 2009.

Data diatas menunjukkan adanya perkembangan wilayah koridor Palur-Sragen dari tahun ke tahun. Melihat pertambahan luas permukiman di koridor tersebut yaitu rata-rata sebesar 6,25 % maka diperkirakan tahun-tahun berikutnya masih akan mengalami pertambahan dan suatu saat nanti tidak menutup kemungkinan Palur dan Sragen bisa bergabung menjadi kota kecil jika koridor yang menghubungkan kedua daerah ini terus berkembang.

0 comments: