KARANG TARUNA

http://hanif40.blogspot.com/

March 6, 2014

ANALISIS ANGIN PUTING BELIUNG DI EKS KARESIDENAN SURAKARTA


ANALISIS ANGIN PUTING BELIUNG
DI EKS KARESIDENAN SURAKARTA

Klimatologi Regional
Dosen Pengampu : Pipit Wijayanti, S.Si, M.Sc


Universitas Sebelas Maret 
Surakarta

BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Jawa Tengah merupakan salah satu provinsi di Negara Kesatuan Republik Indonesia yang terletak di tengah Pulau Jawa. Karakteristik fisik Jawa Tengah mempunyai bentuk bervariasi yang  tidak  lepas  dari  proses  pembentukannya.  Sebagaimana  layaknya  kepulauan  yang terjadi  karena  tumbukan  lempeng,  di  Jawa  Tengah  terdapat  busur  gunung  berapi  yang tumbuh  pada  zona  lemah  sehingga  terdapat  beberapa  gunung  berapi  di  atasnya. Dampak dari  tumbukan  lempeng  tektonik  adalah  terjadinya  pengangkatan  dan  pelipatan  lapisan geologi pembentuk pulau sehingga membentuk geomorfologi yang bervariasi seperti dataran landai,  perbukitan  dan  dataran  tinggi.  Kondisi  geologi  yang  demikian  menjadikan  Jawa Tengah  mempunyai  potensi  ancaman  bencana  alam.  Gempa  bumi  di  Klaten,  tsunami  di pantai  selatan  Jawa,  erupsi  gunung  berapi  Merapi  dan  tanah  longsor  di  Banjarnegara merupakan sebagian bukti kebencanaan yang pernah terjadi di Jawa Tengah.
Kondisi  iklim  tropis Jawa Tengah yang  terletak antara 5o40'  - 8o30' LS dan antara 108o30'  - 111o30' BT   menjadikan potensi dan ancaman bencana. Dampak dari bahaya  iklim  tersebut adalah banjir, kekeringan, kebakaran lahan dan badai angin. Salah satu dampak yang saat ini dapat dirasakan masyarakat adalah adanya badai angin yang oleh masyarakat local sering disebut angin putting beliung.
Angin puting beliung adalah angin yang berputar dengan kecepatan lebih dari 63 km/jam yang bergerak secara garis lurus dengan lama kejadian maksimum 5 menit. Orang awam menyebut angin puting beliung adalah angin “Leysus”, di daerah Sumatera disebut “Angin Bohorok” dan masih ada sebutan lainnya. Angin jenis ini yang ada di Amerika yaitu “Tornado” mempunyai kecepatan sampai 320 km/jam dan berdiameter 500 meter.
Pada makalah ini, akan membahas mengenai kejadian angin puting beliung yang melada daerah eks-karesidenan Surakarta berserta penjelasan lain mengenai angin puting beliung.
B.     Rumusan Masalah
1.      Apa yang dimaksud angin putting beliung?
2.      Bagaimana cirri-ciri, proses terjadinya, dan dampak dari angin putting beliung?
3.      Bagaimana sebaran angin putting beliung di wilayah Eks-Karesidenan Surakarta?
4.      Bagaimana intensitas kejadian angin putting beliung?

C.    Tujuan Penulisan
1.      Untuk mengetahui pengertian angin putting beliung
2.      Untuk mengetahui cirri-ciri, proses terjadinya, dan dampak dari angin putting beliung.
3.      Untuk mengetahui sebaran angin putting beliung di wilayah Eks-Karesidenan Surakarta
4.      Untuk mengetahui intensitas kejadian angin putting beliung di wilayah Eks-Karesidenan Surakarta

D.    Manfaat Penulisan
a.       Manfaat Teoritis
1.      Makalah ini dapat menambah wawasan bagi pembaca.
2.      Sebagai dasar penyusunan makalah berikutnya.

b.      Manfaat Praktis
1.      Makalah ini bermanfaat untuk menambah wawasan dan pengetahuan.
2.      Dapat mengetahui pengertian angin putting beliung
3.      Dapat mengetahui cirri-ciri, proses terjadinya, dan dampak dari angin putting beliung

5.      Dapat mengetahui sebaran angin putting beliung di wilayah Eks-Karesidenan Surakarta
6.      Dapat mengetahui intensitas kejadian angin putting beliung di wilayah Eks-Karesidenan Surakarta

BAB II
PEMBAHASAN

A.          Pengertian Angin Putting Beliung
Secara singkat dapat dijelaskan bahwa angin adalah udara yang bergerak. Menurut Buys Ballot, ahli ilmu cuaca dari Perancis, angin adalah massa udara yang bergerak dari daerah bertekanan maksimum ke daerah bertekanan minimum. Gerakan massa udara yang arahnya horizontal dikenal dengan istilah angin. Anemometer mangkok adalah alat yang digunakan untuk mengukur kecepatan angin. Satuan yang biasa digunakan dalam menentukan kecepatan angin adalah km/jam atau knot (1 knot = 0,5148 m/det = 1,854 km/jam). Sistem penamaan angin biasanya dihubungkan dengan arah datangnya massa udara tersebut.
Puting beliung atau  tornado  ialah  sebuah angin yang menyentuh  tanah dan  awan  konimbulus.  Kebanyakan  puting  beliung  mempunyai  kecepatan angin  175  km/jam  atau  kurang,  dengan  lebar  250  kaki  (75  meter),  dan bergerak beberapa kilometer sebelum lenyap. Walau bagaimanapun setengah puting beliung mempunyai angin selaju 480 km/jam, dengan lebar lebih dari 1,6 km (http://ms.wikipedia.org /wiki/Puting_beliung).
Ancaman puting beliung atau angin berputar ini hanya melanda daerah yang  bersisian  dengan  perairan  karena  daerah  tersebut  sangat  berpotensi setelah  terjadi  pemanasan  denagn  teriknya  matahari  di  daerah  tersebut. Pemanasan  ini menimbulkan penguapan yang kemudian menjadi hujan yang biasanya disertai dengan angin kencang atau puting beliung ( Hidayat,2010).
Ancaman  angin  puting  beliung  desebabkan  beberapa  faktor  yakni karena suhu panas yang  tinggi,  low pressure, dan awan comonimbus. Faktor yang  juga  sangat  berpengaruh  puting  beliung  itu  adalah  konveksi  tinggi        (Johanes Derajat, 2008).
Angin putting beliung sering diasosiasikan dengan badai siklon tropis. namun sebenarnya, angin putting beliung merupakan nama loka dari badai siklon tropis. Badai  siklon  tropis  merupakan  pusaran  angin  kencang  dengan  diameter  hampir  200  km, berkecepatan  lebih  dari  200  km/jam  dan  mempunyai  lintasan  sejauh  1.000  km.  Dengan kecepatan  tersebut  sebuah  badai  yang melintasi  daratan  dapat mengakibatkan  kerusakan yang sangat hebat. Setiap tahun badai tumbuh di atas samudera ketika suhu permukaan laut di  atas  27°C  dan  pembentukannya  dapat  dideteksi  sej ak  tiga  hari  sebelumnya.  Karena bertambahnya  faktor  kekasaran  permukaan  dan  kehilangan  sumber  kelembabannya,  badai akan melemah ketika memasuki daratan. 
Daerah pertumbuhan  siklon tropis paling  subur di dunia adalah Samudra Hindia dan perairan barat Australia dan mencapai  rerata  10  kali  per  tahun.  Namun  demikian,  efek  badai  tersebut  kadang sampai  ke  Indonesia.  Ekor  badai  yang  mencapai  daerah  perairan  selatan  Jawa seringkali menimbulkan  angin  kencang,  hujan  deras,  dan  tingginya  gelombang  laut. Daerah  yang  sering  terkena  pengaruh  badai  meliputi  Kabupaten  Boyolali,  Klaten, Magelang, Purworejo, Kebumen, Cilacap  hingga Banyumas  dimana  oleh masyarakat setempat dinamakan angin puting beliung. 

B.           Ciri-ciri, Proses, dan Dampak Angin Putting Beliung
1.      Ciri-ciri
Ciri-ciri datangnya angin puting beliung adalah pada waktu siang hari terlihat adanya awan putih menjulang tinggi seperti bunga kol, kemudian berkembang menjadi awan gelap yang disertai hembusan udara dingin, dan angin mulai menggoyangkan pepohonan ke kiri dan ke kanan, tidak lama kemudian angin semakin cepat dan diikuti hujan lebat dan terkadang disertai hujan es. Terlihat di awan hitam pusaran angin berbentuk seperti kerucut turun menuju tanah (bumi).  
2.      Proses Terjadinya
Proses terjadinya angin puting beliung, biasanya terjadi pada musim pancaroba pada siang hari suhu udara panas, pengap, dan awan hitam mengumpul, akibat radiasi matahari di siang hari tumbuh awan secara vertikal, selanjutnya di dalam awan tersebut terjadi pergolakan arus udara naik dan turun dengan kecepatan yang cukup tinggi. Arus udara yang turun dengan kecepatan yang tinggi menghembus ke permukaan bumi secara tiba-tiba dan berjalan secara acak.
3.      Dampak
Dampak yang ditimbulkan akibat angin puting beliung dapat menghancurkan area seluas 5 km dan tidak ada lagi angin puting beliung susulan. Rumah akan hancur dan tanaman akan tumbang diterjang angin puting beliung, mahluk hidup bisa sampai mati karena terlempar atau terbentur benda keras lainnya yang ikut masuk pusaran angin.

C.          Sebaran Angin Putting Beliung di Wilayah Eks-Karesidenan Surakarta
Sebaran angin putting beliung di Wilayah Eks- Surakarta terjadi meluas ke berbagai wialayh di Eks-Surakarta. Secara data yang ada angin putting beliung yang terjadi di wilayah ini rata – rata pertahun ada, namun tidak semua wilayah administratif kabupaten dilanda angin putting beliung.
-          Tercatat pada tahun 2004 angin puting beliung terjadi di wilayah kecamatan Jumantono dan kecamatan Prambanan dan Gantiwarno Klaten.
-          Tahun 2007 terjadi satu kali di Kec. Boyolali, Kab.Boyolali.
-          Tahun 2009 terjadi di wilayah Kec. Ampel, Kab. Boyolali, Kec. Wonosegoro, Kab. Boyolali, Kec. Tangen , Kab. Sragen, dan Kec. Wedi, Kab. Klaten.
-          Tahun 2010 terjadi di wilayah Kec. Banyudono, Teras, dan Mojosongo, Kab. Boyolali, Desa Puntukrejo dan Desa Girimulyo, Kec. Ngargoyoso, Kab. Karanganyar, Desa Popongan, Kec. Karanganyar, Kab. Karanganyar ,Kec. Ngargoyoso dan Matesih, Kec. Gondangrejo, Kab. Karanganyar, Kec. Gantiwarno, Kab. Klaten, Kec. Kemusu, Kab. Boyolali, Kec. Ampel, Kab. Boyolali,  Kec. Ampel dan Mojosongo. Kab. Boyolali, Surakarta, Kec. Kemusu, Kab. Boyolali, Kec. Grogol, Kab. Sukoharjo, Kec. Mojogedang, Kab. Karanganyar, dan Kec. Trucuk, Kab. Klaten.
-          Untuk tahun 2011 terjadi hanya satu kali di wilayah Kec. Miri, Kab. Sragen.

Berikut data tentang sebaran angin putting beliung yang terjadi di Eks- Surakarta :



Tabel 1: jumlah terjadinya angin puting beliung di Eks-Surakarta tahun 2004-2011
No.
Waktu (Tahun)
Jumlah ( terjadinya angin putting beliung)
1
2004
2
2
2007
1
3
2009
4
4
2010
14
5
2011
1
6
2012
8

Dari tabel diatas maka dapat diketahui sebaran terjadinya angin putting beliung dari tahun ketahun. Untuk lebih jelasnya berikut tabel terjadinya angin putting beliung pertahun di Eks-surakarta beserta akibat yang ditimbulkan.
Tabel 2 : Jumlah terjadinya angin putting beliung pertahun beserta akibatnya.

1.      Tahun 2004
No
Waktu
Tempat
Kerusakan
1
17/01/2004
Kec. Jumantono Karanganyar
38 Rumah Rusak
2
Feb-2004
Kec. Prambanan dan Gantiwarno Klaten
77 Rumah Rusak

2.      Tahun 2007
No
Waktu
Tempat
Kerusakan
1
28/03/2007
Kec. Boyolali, Kab.Boyolali
135 Rumah Rusak

3.      Tahun 2009
No
Waktu
Tempat
Kerusakan
1

Desember 2009
Kec. Ampel, Kab. Boyolali
ü  236 Rrumah roboh
ü  Korban luka (1 orang)
ü  1 peternakan ayam rusak
2
Desember 2009
Kec. Wonosegoro, Kab. Boyolali
ü  Rumah rusak
3
November 2009
Kec. Tangen , Kab. Sragen
ü  rumah roboh
ü  1 korban luka parah
4
Oktober 2009
Kec. Wedi, Kab. Klaten
ü  1 rumah roboh, 55 rumah rusak ringan
4.      Tahun 2010
No
Waktu
Tempat
Kerusakan
1
Maret 2010
Kec. Banyudono, Teras, dan Mojosongo, Kab. Boyolali
ü Pohon tumbang
ü rumah roboh
2
Oktober 2010
Desa Puntukrejo dan Desa Girimulyo, Kec. Ngargoyoso, Kab. Karanganyar
ü Instalasi listrik
ü 35 rumah roboh di Desa Girimulyo, 46 rumah roboh di Desa Puntukrejo
ü Kantor Desa Girimulyo (atap)
ü SD N Girimulyo 1 (atap&tiang penyangga)
ü Pohon tumbang
3
Maret 2010
Desa Popongan, Kec. Karanganyar, Kab. Karanganyar
ü  Kerusakan pada padi sawah 20 Ha
4
Januari 2010
Kec. Ngargoyoso dan Matesih
ü  18 rumah rusak di Kec. Ngargoyoso, 1 rumah rusak di Kec. Matesih
ü  Pohon tumbang
ü  1 korban luka ringan
5
April 2010
Kec. Gondangrejo, Kab. Karanganyar
ü  Rumah roboh
ü  Pohon tumbang
ü  Korban luka ringan
6
Maret 2010
Kec. Gantiwarno, Kab. Klaten
ü  40 Ha sawah rusak
ü  Pohon tumbang
ü  Pasar rusak
7
Febuari 2010
Kec. Kemusu, Kab. Boyolali
ü  65 rumah rusak ringan
ü  Pohon tumbang
8
Maret 2010
Kec. Ampel, Kab. Boyolali
ü  Ratusan pohon tumbang
ü  Bangunan dan baliho roboh
ü  Rumah rusak ringan (atap)
9
September  2010
Kec. Ampel dan Mojosongo. Kab. Boyolali
ü  2 rumah roboh di Mojosongo
ü  13 rumah rusak sedang dan 2 rusak ringan di Ampel
ü  Pohon tumbang
10
April 2010
Surakarta
ü  Pohon tumbang
ü  Empat lapak, 1 mobil pick up, 1 becak, 1 gerobak bakso rusak paraj pada bagian atap di kawasan Pasar Klewer,
ü  Lampu penerangan jalan dan kabel telepon spenjang 30 m putus di Kec. Pasar Kliwon
ü  Gangguan jaringan telepon dan listrik
11
Oktober 2010
Kec. Kemusu, Kab. Boyolali
ü  Rumah roboh
ü  Pohon tumbang
12
April 2010
Kec. Grogol, Kab. Sukoharjo
ü  Rumah rusak
ü  Baliho roboh
13
Februari 2010
Kec. Mojogedang, Kab. Karanganyar
ü  20 rumah rusak ringan dan berat
14
Maret 2010
Kec. Trucuk, Kab. Klaten
ü  155 rumah rusak berat dan ringan
ü  Pohon tumbang

5.      Tahun 2011
No.
waktu
Tempat
kerusakan
1
19 Maret 2011
Kec. Miri, Kab. Sragen
ü  7 rumah rusak
ü  1 balai desa
ü  1 polindes

6.      Tahun 2012

No
Bencana
Tanggal
Lokasi
Kerugian
1
Puting Beliung
30-11-12
Ds. Ngarum Kec. Ngrampal, dan Ds. Pelemgadung Kec. Karangmalang, Kab. Sragen, Prov. Jawa Tengah
3 rumah roboh, 31 rumah rusak berat, 65 rumah rusak ringan
2
Puting Beliung
01-11-12
Ds. Kebon Dalem Lor, Kec. Prambanan, Kab. Klaten, Prov. Jawa Tengah
1 rumah roboh, 5 rumah rusak sedang, 7 pohon tumbang
3
Puting Beliung
16-10-12
Kec. Gesi, Kab. Sragen, Prov. Jawa Tengah
2 rumah rusak berat
4
Hujan Deras Disertai Angin Kencang
08-10-12
Ds. Tumpangsari, Kec. Banyudono, Kab. Boyolali, Prov. Jawa Tengah
1 rumah rusak
5
Puting Beliung
30-04-12
Ds. Baran dan Daleman, Kec. Nguter, Kab. Sukoharjo, Prov. Jawa Tengah
4 rumah RB, 90 rumah RS, puluhan pohon tumbang, genangan air di beberapa titik
6
Puting Beliung
11-01-12
Ds. Ngunut, Kec. Jumantono, Kab. Karanganyar, Prov. Jawa Tengah
Rumah : 1 roboh, 50 RR. 1 masjid RS.
7
Puting beliung
02-12-11
Kec. Cawas dan Trucuk, Kab. Klaten, Prov. Jawa Tengah
Rumah : 1 RB, 3 RS
8
Puting beliung
29-10-11
Ds. Sidowayah, Kec. Polanharjo, Klaten, Jawa Tengah
137 rumah RR



D.          Intensitas Kejadian Angin Putting Beliung di Wilayah Eks-Karesidenan Surakarta

Intensitas terjadinya angin putting beliung ini dapat dianalisa melalui data yang telah ada. Pada data terjadinya angin putting beliung seperti pada tabel, intensitas terjadinya angin putting beliung pada tahun 2004 cenderung sedikit. Karena pada tahun 2004 hanya terjadi angin putting beliung dua kali dalam kurun tahun ini.
 Terjadi Intensitas terjadinya angin putting beliung ini justru menurun dari sebelumnya, yaitu pada tahun 2007 hanya terjadi satu kali yaitu di wilayah kecamatan boyolali kabupaten Boyolali. Intensitas angin putting beliung justru meningkat pada tahun 2009. Tercatat ada 4 kejadian angin putting beliung yang terjadi di tahun 2007. Hal ini meningkat dari tahun sebelumnya.
Tahun 2010 terjadi perubahan yang ekstrim. Angin putting beliung terjadi sampai 14 kali dalam setahun. Tentu hal ini mengakibatkan dampak yang kurang baik seperti rusaknya rumah warga dan pohon tumbang. Kejadian ekstrim ini selalu dikaitkan dengan adanya pemanasan global yang di tandai dengan cuaca yang tidak menentu. Karena mulai tahun 2010 efek dari pemanasan global mulai sangat terasa dan mengubah keadaan cuaca yang ada di Indonesia.
Namun ditahun 2011 terjadi penurunan intensitas angin putting beliung karena hanya terjadi 1 kali.
Intensitas angin putting beliung di Eks-Surakarta ini meningkat kembali pada tahun 2012. Ada delapan kejadian angin putting beliung yang terjadi di tahun 2012. Tidak hanya angin putting beliung saja, intensitas di tahun 2012 juga diwarnai adanya hujan deras disertai angin kencang dan petir. Hal ini tentunga mengakibakan dampak negatif yaitu rusaknya rumah warga dan pohon tumbang.



KESIMPULAN

DAFTAR PUSTAKA

Sriyono. 2004. Geologi Umum. Semarang : Fakultas Ilmu Sosial UNNES.
http://widiastuti-nur-farida.blogspot.com/2012/10/bentang-alam-fluvial_7555.html


0 comments: