ANALISIS ANGIN PUTING BELIUNG
DI EKS KARESIDENAN SURAKARTA
Klimatologi
Regional
Dosen Pengampu : Pipit Wijayanti, S.Si, M.Sc
Universitas Sebelas Maret
Surakarta
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Jawa
Tengah merupakan salah satu provinsi di Negara Kesatuan Republik Indonesia yang
terletak di tengah Pulau Jawa. Karakteristik fisik Jawa Tengah mempunyai bentuk
bervariasi yang tidak lepas
dari proses pembentukannya. Sebagaimana
layaknya kepulauan yang terjadi
karena tumbukan lempeng,
di Jawa Tengah
terdapat busur gunung
berapi yang tumbuh pada
zona lemah sehingga
terdapat beberapa gunung
berapi di atasnya. Dampak dari tumbukan
lempeng tektonik adalah
terjadinya pengangkatan dan
pelipatan lapisan geologi
pembentuk pulau sehingga membentuk geomorfologi yang bervariasi seperti dataran
landai, perbukitan dan
dataran tinggi. Kondisi
geologi yang demikian
menjadikan Jawa Tengah mempunyai
potensi ancaman bencana
alam. Gempa bumi
di Klaten, tsunami
di pantai selatan Jawa,
erupsi gunung berapi
Merapi dan tanah
longsor di Banjarnegara merupakan sebagian bukti
kebencanaan yang pernah terjadi di Jawa Tengah.
Kondisi iklim
tropis Jawa Tengah yang terletak
antara 5o40' - 8o30'
LS dan antara 108o30' - 111o30'
BT menjadikan potensi dan ancaman
bencana. Dampak dari bahaya iklim tersebut adalah banjir, kekeringan, kebakaran
lahan dan badai angin. Salah satu dampak yang saat ini dapat dirasakan
masyarakat adalah adanya badai angin yang oleh masyarakat local sering disebut
angin putting beliung.
Angin
puting beliung adalah angin yang berputar dengan kecepatan lebih dari 63 km/jam
yang bergerak secara garis lurus dengan lama kejadian maksimum 5 menit. Orang
awam menyebut angin puting beliung adalah angin “Leysus”, di daerah Sumatera
disebut “Angin Bohorok” dan masih ada sebutan lainnya. Angin jenis ini yang ada
di Amerika yaitu “Tornado” mempunyai kecepatan sampai 320 km/jam dan
berdiameter 500 meter.
Pada
makalah ini, akan membahas mengenai kejadian angin puting beliung yang melada
daerah eks-karesidenan Surakarta berserta penjelasan lain mengenai angin puting
beliung.
B. Rumusan Masalah
1.
Apa yang dimaksud angin
putting beliung?
2.
Bagaimana cirri-ciri,
proses terjadinya, dan dampak dari angin putting beliung?
3.
Bagaimana sebaran angin
putting beliung di wilayah Eks-Karesidenan Surakarta?
4.
Bagaimana intensitas
kejadian angin putting beliung?
C. Tujuan Penulisan
1.
Untuk mengetahui
pengertian angin putting beliung
2.
Untuk mengetahui
cirri-ciri, proses terjadinya, dan dampak dari angin putting beliung.
3.
Untuk mengetahui
sebaran angin putting beliung di wilayah Eks-Karesidenan Surakarta
4.
Untuk mengetahui
intensitas kejadian angin putting beliung di wilayah Eks-Karesidenan Surakarta
D. Manfaat Penulisan
a.
Manfaat Teoritis
1.
Makalah ini dapat menambah
wawasan bagi pembaca.
2.
Sebagai dasar
penyusunan makalah berikutnya.
b.
Manfaat Praktis
1.
Makalah ini bermanfaat
untuk menambah wawasan dan pengetahuan.
2.
Dapat mengetahui
pengertian angin putting beliung
3.
Dapat mengetahui
cirri-ciri, proses terjadinya, dan dampak dari angin putting beliung
5.
Dapat mengetahui
sebaran angin putting beliung di wilayah Eks-Karesidenan Surakarta
6.
Dapat mengetahui
intensitas kejadian angin putting beliung di wilayah Eks-Karesidenan Surakarta
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian
Angin Putting Beliung
Secara singkat dapat
dijelaskan bahwa angin adalah udara yang bergerak. Menurut Buys Ballot, ahli
ilmu cuaca dari Perancis, angin adalah massa udara yang bergerak dari daerah
bertekanan maksimum ke daerah bertekanan minimum. Gerakan massa udara yang
arahnya horizontal dikenal dengan istilah angin. Anemometer mangkok adalah alat
yang digunakan untuk mengukur kecepatan angin. Satuan yang biasa digunakan
dalam menentukan kecepatan angin adalah km/jam atau knot (1 knot = 0,5148 m/det
= 1,854 km/jam). Sistem penamaan angin biasanya dihubungkan dengan arah
datangnya massa udara tersebut.
Puting beliung
atau tornado ialah
sebuah angin yang menyentuh tanah
dan awan
konimbulus. Kebanyakan puting
beliung mempunyai kecepatan angin 175
km/jam atau kurang,
dengan lebar 250
kaki (75 meter),
dan bergerak beberapa kilometer sebelum lenyap. Walau bagaimanapun setengah
puting beliung mempunyai angin selaju 480 km/jam, dengan lebar lebih dari 1,6
km (http://ms.wikipedia.org
/wiki/Puting_beliung).
Ancaman puting beliung
atau angin berputar ini hanya melanda daerah yang bersisian
dengan perairan karena
daerah tersebut sangat
berpotensi setelah terjadi pemanasan
denagn teriknya matahari
di daerah tersebut. Pemanasan ini menimbulkan penguapan yang kemudian
menjadi hujan yang biasanya disertai dengan angin kencang atau puting beliung (
Hidayat,2010).
Ancaman angin
puting beliung desebabkan
beberapa faktor yakni karena suhu panas yang tinggi,
low pressure, dan awan comonimbus. Faktor yang juga
sangat berpengaruh puting
beliung itu adalah
konveksi tinggi (Johanes Derajat, 2008).
Angin putting beliung
sering diasosiasikan dengan badai siklon tropis. namun sebenarnya, angin
putting beliung merupakan nama loka dari badai siklon tropis. Badai siklon
tropis merupakan pusaran
angin kencang dengan
diameter hampir 200
km, berkecepatan lebih dari
200 km/jam dan
mempunyai lintasan sejauh
1.000 km. Dengan kecepatan tersebut
sebuah badai yang melintasi daratan
dapat mengakibatkan kerusakan
yang sangat hebat. Setiap tahun badai tumbuh di atas samudera ketika suhu
permukaan laut di atas 27°C
dan pembentukannya dapat
dideteksi sej ak tiga
hari sebelumnya. Karena bertambahnya faktor
kekasaran permukaan dan
kehilangan sumber kelembabannya, badai akan melemah ketika memasuki daratan.
Daerah pertumbuhan siklon tropis paling subur di dunia adalah Samudra Hindia dan
perairan barat Australia dan mencapai
rerata 10 kali
per tahun. Namun
demikian, efek badai
tersebut kadang sampai ke
Indonesia. Ekor badai
yang mencapai daerah
perairan selatan Jawa seringkali menimbulkan angin
kencang, hujan deras,
dan tingginya gelombang
laut. Daerah yang sering
terkena pengaruh badai
meliputi Kabupaten Boyolali,
Klaten, Magelang, Purworejo, Kebumen, Cilacap hingga Banyumas dimana
oleh masyarakat setempat dinamakan angin puting beliung.
B.
Ciri-ciri,
Proses, dan Dampak Angin Putting Beliung
1.
Ciri-ciri
Ciri-ciri datangnya
angin puting beliung adalah pada waktu siang hari terlihat adanya awan putih
menjulang tinggi seperti bunga kol, kemudian berkembang menjadi awan gelap yang
disertai hembusan udara dingin, dan angin mulai menggoyangkan pepohonan ke kiri
dan ke kanan, tidak lama kemudian angin semakin cepat dan diikuti hujan lebat
dan terkadang disertai hujan es. Terlihat di awan hitam pusaran angin berbentuk
seperti kerucut turun menuju tanah (bumi).
2.
Proses Terjadinya
Proses
terjadinya angin puting beliung, biasanya terjadi pada musim pancaroba pada
siang hari suhu udara panas, pengap, dan awan hitam mengumpul, akibat radiasi
matahari di siang hari tumbuh awan secara vertikal, selanjutnya di dalam awan
tersebut terjadi pergolakan arus udara naik dan turun dengan kecepatan yang
cukup tinggi. Arus udara yang turun dengan kecepatan yang tinggi menghembus ke
permukaan bumi secara tiba-tiba dan berjalan secara acak.
3.
Dampak
Dampak yang
ditimbulkan akibat angin puting beliung dapat menghancurkan area seluas 5 km
dan tidak ada lagi angin puting beliung susulan. Rumah akan hancur dan tanaman
akan tumbang diterjang angin puting beliung, mahluk hidup bisa sampai mati
karena terlempar atau terbentur benda keras lainnya yang ikut masuk pusaran
angin.
C.
Sebaran
Angin Putting Beliung di Wilayah Eks-Karesidenan Surakarta
Sebaran
angin putting beliung di Wilayah Eks- Surakarta terjadi meluas ke berbagai
wialayh di Eks-Surakarta. Secara data yang ada angin putting beliung yang
terjadi di wilayah ini rata – rata pertahun ada, namun tidak semua wilayah
administratif kabupaten dilanda angin putting beliung.
-
Tercatat pada tahun 2004
angin puting beliung terjadi di wilayah kecamatan Jumantono dan kecamatan
Prambanan dan Gantiwarno Klaten.
-
Tahun 2007 terjadi satu
kali di Kec. Boyolali, Kab.Boyolali.
-
Tahun 2009 terjadi di
wilayah Kec. Ampel, Kab. Boyolali, Kec. Wonosegoro, Kab. Boyolali, Kec. Tangen
, Kab. Sragen, dan Kec. Wedi, Kab. Klaten.
-
Tahun 2010 terjadi di
wilayah Kec. Banyudono, Teras, dan Mojosongo, Kab. Boyolali, Desa Puntukrejo
dan Desa Girimulyo, Kec. Ngargoyoso, Kab. Karanganyar, Desa Popongan, Kec.
Karanganyar, Kab. Karanganyar ,Kec. Ngargoyoso dan Matesih, Kec. Gondangrejo,
Kab. Karanganyar, Kec. Gantiwarno, Kab. Klaten, Kec. Kemusu, Kab. Boyolali,
Kec. Ampel, Kab. Boyolali, Kec. Ampel
dan Mojosongo. Kab. Boyolali, Surakarta, Kec. Kemusu, Kab. Boyolali, Kec.
Grogol, Kab. Sukoharjo, Kec. Mojogedang, Kab. Karanganyar, dan Kec. Trucuk,
Kab. Klaten.
-
Untuk tahun 2011
terjadi hanya satu kali di wilayah Kec. Miri, Kab. Sragen.
Berikut data tentang sebaran angin
putting beliung yang terjadi di Eks- Surakarta :
Tabel 1: jumlah
terjadinya angin puting beliung di Eks-Surakarta tahun 2004-2011
No.
|
Waktu (Tahun)
|
Jumlah (
terjadinya angin putting beliung)
|
1
|
2004
|
2
|
2
|
2007
|
1
|
3
|
2009
|
4
|
4
|
2010
|
14
|
5
|
2011
|
1
|
6
|
2012
|
8
|
Dari tabel diatas maka dapat
diketahui sebaran terjadinya angin putting beliung dari tahun ketahun. Untuk
lebih jelasnya berikut tabel terjadinya angin putting beliung pertahun di
Eks-surakarta beserta akibat yang ditimbulkan.
Tabel 2 : Jumlah terjadinya angin
putting beliung pertahun beserta akibatnya.
1.
Tahun 2004
No
|
Waktu
|
Tempat
|
Kerusakan
|
1
|
17/01/2004
|
Kec. Jumantono
Karanganyar
|
38 Rumah Rusak
|
2
|
Feb-2004
|
Kec. Prambanan
dan Gantiwarno Klaten
|
77 Rumah Rusak
|
2.
Tahun 2007
No
|
Waktu
|
Tempat
|
Kerusakan
|
1
|
28/03/2007
|
Kec. Boyolali,
Kab.Boyolali
|
135 Rumah
Rusak
|
3.
Tahun 2009
No
|
Waktu
|
Tempat
|
Kerusakan
|
1
|
Desember 2009
|
Kec. Ampel,
Kab. Boyolali
|
ü 236 Rrumah roboh
ü Korban luka (1 orang)
ü 1 peternakan ayam rusak
|
2
|
Desember 2009
|
Kec.
Wonosegoro, Kab. Boyolali
|
ü Rumah rusak
|
3
|
November 2009
|
Kec. Tangen ,
Kab. Sragen
|
ü rumah roboh
ü 1 korban luka parah
|
4
|
Oktober 2009
|
Kec. Wedi,
Kab. Klaten
|
ü 1 rumah roboh, 55 rumah rusak ringan
|
4.
Tahun 2010
No
|
Waktu
|
Tempat
|
Kerusakan
|
1
|
Maret 2010
|
Kec.
Banyudono, Teras, dan Mojosongo, Kab. Boyolali
|
ü Pohon tumbang
ü rumah roboh
|
2
|
Oktober 2010
|
Desa
Puntukrejo dan Desa Girimulyo, Kec. Ngargoyoso, Kab. Karanganyar
|
ü Instalasi listrik
ü 35 rumah roboh di Desa Girimulyo, 46 rumah roboh di Desa
Puntukrejo
ü Kantor Desa Girimulyo (atap)
ü SD N Girimulyo 1 (atap&tiang penyangga)
ü Pohon tumbang
|
3
|
Maret 2010
|
Desa Popongan,
Kec. Karanganyar, Kab. Karanganyar
|
ü Kerusakan pada padi sawah 20 Ha
|
4
|
Januari 2010
|
Kec.
Ngargoyoso dan Matesih
|
ü 18 rumah rusak di Kec. Ngargoyoso, 1 rumah rusak di Kec. Matesih
ü Pohon tumbang
ü 1 korban luka ringan
|
5
|
April 2010
|
Kec.
Gondangrejo, Kab. Karanganyar
|
ü Rumah roboh
ü Pohon tumbang
ü Korban luka ringan
|
6
|
Maret 2010
|
Kec.
Gantiwarno, Kab. Klaten
|
ü 40 Ha sawah rusak
ü Pohon tumbang
ü Pasar rusak
|
7
|
Febuari 2010
|
Kec. Kemusu,
Kab. Boyolali
|
ü 65 rumah rusak ringan
ü Pohon tumbang
|
8
|
Maret 2010
|
Kec. Ampel,
Kab. Boyolali
|
ü Ratusan pohon tumbang
ü Bangunan dan baliho roboh
ü Rumah rusak ringan (atap)
|
9
|
September 2010
|
Kec. Ampel dan
Mojosongo. Kab. Boyolali
|
ü 2 rumah roboh di Mojosongo
ü 13 rumah rusak sedang dan 2 rusak ringan di Ampel
ü Pohon tumbang
|
10
|
April 2010
|
Surakarta
|
ü Pohon tumbang
ü Empat lapak, 1 mobil pick up, 1 becak, 1 gerobak bakso rusak paraj
pada bagian atap di kawasan Pasar Klewer,
ü Lampu penerangan jalan dan kabel telepon spenjang 30 m putus di
Kec. Pasar Kliwon
ü Gangguan jaringan telepon dan listrik
|
11
|
Oktober 2010
|
Kec. Kemusu,
Kab. Boyolali
|
ü Rumah roboh
ü Pohon tumbang
|
12
|
April 2010
|
Kec. Grogol,
Kab. Sukoharjo
|
ü Rumah rusak
ü Baliho roboh
|
13
|
Februari 2010
|
Kec.
Mojogedang, Kab. Karanganyar
|
ü 20 rumah rusak ringan dan berat
|
14
|
Maret 2010
|
Kec. Trucuk,
Kab. Klaten
|
ü 155 rumah rusak berat dan ringan
ü Pohon tumbang
|
5.
Tahun 2011
No.
|
waktu
|
Tempat
|
kerusakan
|
1
|
19
Maret 2011
|
Kec. Miri, Kab. Sragen
|
ü 7 rumah rusak
ü 1 balai desa
ü 1 polindes
|
6.
Tahun 2012
No
|
Bencana
|
Tanggal
|
Lokasi
|
Kerugian
|
1
|
Puting Beliung
|
30-11-12
|
Ds. Ngarum Kec. Ngrampal, dan Ds.
Pelemgadung Kec. Karangmalang, Kab. Sragen, Prov. Jawa Tengah
|
3 rumah roboh, 31 rumah rusak
berat, 65 rumah rusak ringan
|
2
|
Puting Beliung
|
01-11-12
|
Ds. Kebon Dalem Lor, Kec.
Prambanan, Kab. Klaten, Prov. Jawa Tengah
|
1 rumah roboh, 5 rumah rusak
sedang, 7 pohon tumbang
|
3
|
Puting Beliung
|
16-10-12
|
Kec. Gesi, Kab. Sragen, Prov. Jawa
Tengah
|
2 rumah rusak berat
|
4
|
Hujan Deras Disertai Angin Kencang
|
08-10-12
|
Ds. Tumpangsari, Kec. Banyudono,
Kab. Boyolali, Prov. Jawa Tengah
|
1 rumah rusak
|
5
|
Puting Beliung
|
30-04-12
|
Ds. Baran dan Daleman, Kec. Nguter,
Kab. Sukoharjo, Prov. Jawa Tengah
|
4 rumah RB, 90 rumah RS, puluhan
pohon tumbang, genangan air di beberapa titik
|
6
|
Puting Beliung
|
11-01-12
|
Ds. Ngunut, Kec. Jumantono, Kab.
Karanganyar, Prov. Jawa Tengah
|
Rumah : 1 roboh, 50 RR. 1 masjid
RS.
|
7
|
Puting beliung
|
02-12-11
|
Kec. Cawas dan Trucuk, Kab. Klaten,
Prov. Jawa Tengah
|
Rumah : 1 RB, 3 RS
|
8
|
Puting beliung
|
29-10-11
|
Ds. Sidowayah, Kec. Polanharjo,
Klaten, Jawa Tengah
|
137 rumah RR
|
D.
Intensitas
Kejadian Angin Putting Beliung di Wilayah Eks-Karesidenan Surakarta
Intensitas
terjadinya angin putting beliung ini dapat dianalisa melalui data yang telah
ada. Pada data terjadinya angin putting beliung seperti pada tabel, intensitas
terjadinya angin putting beliung pada tahun 2004 cenderung sedikit. Karena pada
tahun 2004 hanya terjadi angin putting beliung dua kali dalam kurun tahun ini.
Terjadi Intensitas terjadinya angin putting
beliung ini justru menurun dari sebelumnya, yaitu pada tahun 2007 hanya terjadi
satu kali yaitu di wilayah kecamatan boyolali kabupaten Boyolali. Intensitas
angin putting beliung justru meningkat pada tahun 2009. Tercatat ada 4 kejadian
angin putting beliung yang terjadi di tahun 2007. Hal ini meningkat dari tahun
sebelumnya.
Tahun
2010 terjadi perubahan yang ekstrim. Angin putting beliung terjadi sampai 14
kali dalam setahun. Tentu hal ini mengakibatkan dampak yang kurang baik seperti
rusaknya rumah warga dan pohon tumbang. Kejadian ekstrim ini selalu dikaitkan
dengan adanya pemanasan global yang di tandai dengan cuaca yang tidak menentu.
Karena mulai tahun 2010 efek dari pemanasan global mulai sangat terasa dan
mengubah keadaan cuaca yang ada di Indonesia.
Namun
ditahun 2011 terjadi penurunan intensitas angin putting beliung karena hanya
terjadi 1 kali.
Intensitas
angin putting beliung di Eks-Surakarta ini meningkat kembali pada tahun 2012.
Ada delapan kejadian angin putting beliung yang terjadi di tahun 2012. Tidak
hanya angin putting beliung saja, intensitas di tahun 2012 juga diwarnai adanya
hujan deras disertai angin kencang dan petir. Hal ini tentunga mengakibakan
dampak negatif yaitu rusaknya rumah warga dan pohon tumbang.
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
Sriyono.
2004. Geologi Umum. Semarang :
Fakultas Ilmu Sosial UNNES.
http://widiastuti-nur-farida.blogspot.com/2012/10/bentang-alam-fluvial_7555.html
0 comments:
Post a Comment